TUGAS BAHASA INDONESIA
TENTANG ANALISIS NOVEL
Disusun oleh : MELISA TRIS SUKMA
Kelas XI.IS 1
SEMESTER I
Guru pembimbing : DEWI SURYANI, S.Pd
SMA N 3 SOLOK SELATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan waktu, dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan ‘ANALISIS NOVEL SITI NURBAYA” ini, yang masih jauh dari kesempurnaan.
Analisis ini disusun dengan maksud untuk membantu pembaca dalam pemahaman cerita novel SITI NURBAYA , karya Marah Rusli. Juga menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam novel ini, seperti halnya Tema Cerita, Alur Cerita, Latar Cerita, Perwatakan Tokoh, Gaya Bahasa, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang karya sastra, dan Amanat Cerita. Makalah ini masih bersifat sederhana. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sangat saya harapkan.
| Terima Kasih Penyusun,
AHMAD RAMDAN |
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………..……………………………………………… i
Daftar isi …………………………..………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………..……………………………..… 1
A. Pengertian novel …………………………..…………………………………………. 1
B. Unsure – unsure intrinsik dan ekstrinsik dalam novel …………………………..…... 2
BAB II ANALISIS NOVEL ………………………………………..……………………….. 5
A. Unsure intrinsic .…………………………………………………………………...… 7
B. Unsure ekstrinsik ..………………………………………………………….……… 12
BAB III KESIMPULAN ………………………………..……………………………….…. 13
DAFTAR PUSTAKA ……..………………..……………………………………………… 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN NOVEL
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti „sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain.
1. Menurut Drs, Jacob Sumardjo
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd.
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan.
3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd.
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
B. UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM NOVEL
a. Unsur intrinsik
Yaitu unsur y ang membangun karya sastra dari dalam, diantaranya :
1. Tema
Tema adalah pokok permasalahan yang ada dalam sebuah cerita.
2. Penokohan
Penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada masing-masing pelaku dalam sebuah cerita. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.
3. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita.Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
4. Sudut pandang
Menurut Harry Show (1972 : 293), sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah alat utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika.
Macam-macam gaya bahasa:
Ø personifikasi: gaya bahasa ini mendeskripsikan benda-benda mati dengan cara memberikan sifat -sifat seperti manusia.
Ø simile (perumpamaan): gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan penibaratan.
Ø hiperbola: gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud memberikan efek berlebihan.
6. Latar atau setting
Latar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam cerita.
b. Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik Adalah unsur yang tidak secara langsung melekat dan membangun karya sastra.
Unsur ekstrinsik antara lain:
1. Latar belakang kehidupan pengarang.
2. Kondisi zaman saat karya sastra itu diciptakan
Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Meliputi:
Ø Tingkat pendidikan
Ø profesi/pekerjaan
Ø Status sosial ekonomi
Ø Pandangan politik
Ø Kepercayaan/agama/faham yang dianut pengarang dan lain-lain
Ø Keadaan Zaman pada Saat Karya Sastra Diciptakan
Merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan
BAB II
ANALISIS NOVEL
Synopsis novel “siti nurbaya”
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang lainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikan oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Yaitu menyarahkan puterinya Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsulbahri sedang liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri diusir dan harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, oleh karena itu Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,Karena dengan siasat dan fitnah dari Datuk Mariggih Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya, bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya. Sehingga memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang, yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
A. IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK
1. Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel :
Ø Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Ø Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Ø Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Ø Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Ø Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
2. Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut :
Ø Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Ø Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Ø Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
3. Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi :
Ø mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
Ø peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
Ø keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
Ø mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
Ø pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
4. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
6. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
7. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel :
Ø Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
Ø Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
Ø Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
Ø Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
Ø Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
Ø Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
B. IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
BAB III
KESIMPULAN
1. Tema Novel ini adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
2. Siti Nurb, Samsulbahri, Baginda Sulaiman,Sultan Mahmud, Datuk Maringgih.
3. Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
4. Sudut Pandang dalam Novel ini adalah sudut pandang orang ke-3.
5. Amanat yang terkandung dalam Novel :
· Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
· Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
· Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
· Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
· Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
· Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Rusli, Marah.1992. Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai ).Jakarta: Balai Pustaka